Selasa, 04 Maret 2014

Sekolah Kehidupan

Sekolah Kehidupan Seri Pulang Kampung

Bagian 2: Hampir Tidak Jadi Pulang Kampung (5 Mar 2014)

Ati sesungguhnya hampir membatalkan rencana dia pulang kampung ketika sebuah sms dari ibunya datang sekitar bulan lalu.
“Ati tahun depan adikmu paling kecil si Maman akan selesai SMA dan ingin sekali masuk Universitas. Ati bantu ya... mau kerja di Hong Kong 2 tahun lagi tidak apa-apa untuk bantu Maman jadi sarjana. Supaya ada sarjana di keluarga kita..”
Ini sebuah permintaan yang mebuat Ati gundah gulana karena keinginan hatinya sudah keras membulat untuk pulang kampung dan sukses jadi entrepreneur. Rencana bisnis yang inovatif sudah rapih tersusun. Apa-apa yang akan dilakukan mulai hari pertama menjejak di kampung halaman sudah ia rencanakan dan bayangkan. Bahkan tabungan sebanyak Rp 100 juta juga sudah ia miliki. Ati sudah sangat siap masuk ke medan laga karir entrepreneur, ia siap mendaratkan imajinasi terindah yang sudah ia perjuangkan dalam 2 tahun terakhir ini. Memang Ati adalah pembelajar yang serius, ia belajar dengan sepenuh hati dari Mandiri Sahabatku tanpa pernah absen sekalipun.

Sekarang cita-cita itu mendapat tantangan baru. Akankah ia memaksa diri dan meminta Maman untuk kerja dulu ataukah ia yang terpaksa menunda rencananya? Sungguh pelik masalah ini bagi Ati. Di satu sisi keinginannya sudah membuncah dan di sisi lain ia paham perasaan ibunya dan adiknya yang sudah langganan juara kelas. Seperti makan buah simalakama demikian kata pepatah “dimakan ayah mati tidak dimakan ibu mati..”. Ati menghela nafas panjang sambil membaca kembali sms dari ibunya yang sengaja ia tetap simpan.
“Aku sekarang mendapatkan masalah yang begitu berat. Seandainya aku memaksa diri untuk tetap berentrepreneur maka pasti dukungan keluarga akan sangat tipis. Aku bisa kehilangan tenaga karena pada masa awal perjuangan aku harus sendirian...” Demikian Ati berrefleksi.
“Tapi.... kalau aku tidak segera membuka usaha, ngapain saja di kampung. Apa harus daftar lagi jadi TKI....? Hatiku sudah tidak disana, 10 tahun cukup sudah...” Demikan sisi lain dari hatinya berkata.

Di tengah kebingungan itu Ati teringat akan pelajaran inovasi di pelatihan Mandiri Sahabatku. Ia membuka-buka kembali catatan dan ia menemukan sebuah kalimat yang menarik yang pernah ditayangkan di layar oleh pelatih dari UCEC yaitu kata ISO yang berarti Inovasi Kanggo Solusi dengan keterangan “Kalau sesuatu terasa begitu SULIT atau BUNTU ingatlah bahwa itu tanda bahwa SOLUSI lama sudah tidak BERLAKU”. Langsung Ati memukul-mukul kepalanya dan berkata:”Duh, bodo si Ati, kenapa aku terkunci kepada dua alternatif bantu Maman tapi tidak jadi berentrepreneur atau tidak bantu Maman dan aku tetap buka usaha. Dua hal itu adalah solusi lama karena sekarang sudah terasa sangat sulit dilaksanakan, aku harus berinovasi menemukan solusi baru.... ya...ya... yes.. yes..” Ati seakan mendapatkan jalan keluar. Baru sebentar kegembiraan Ati tiba-tiba ia merasa lemas lagi:”Di Hong Kong aku punya 2 sahabat yang bisa saling tukar pikiran dan memberi semangat mencari solusi baru tapi di kampung dengan siapa aku berdiskusi....,”


Akhirnya Ati memutuskan untuk mengirim sms kepada Tika dan Bunda meminta nasehat, Ati ingin menggunakan waktu tunggu di bandara sebaik mungkin:
“Sahabat-sahabatku, masih ingat kebingungan yang aku ceritakan itu... tolong dong kasih gagasan nih sebelum aku sampai di rumah..”
Tidak lama kemudian memang muncul sebuah jawaban sms dari Tika:
“Baru saja baca kisah tentang Susilowati seorang BMI yang pernah kerja di Singapura dan sekarang berhasil jadi GM sebah hotel bintang 1 di Jawa Tengah, ini alamat webnya, cepat buka, down load dan baca pelan-pelan selama di pesawat...”
Bunda juga tidak lama kemudian membalas sms Ati:
“Hmmm belum kepikir, pakai doa dulu deh tapi...anyway buka pikiran dan lakukan insiatif baru..selamat jalan sobat aku tetap mendukung dalam doa dan gagasan kalau sudah ketemu...”
“Sumber solusi baru adalah pikiran yang kreatif...teruslah membuka hati dan pikiran untuk jalan yang tak terduga..”Cikal juga memberi semanga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar