Rabu, 05 Maret 2014

Sekolah kehidupan


Sekolah Kehidupan Seri Pulang Kampung

Bagian 3: Melakukan Perenungan di dalam Perjalanan Pulang.

Pesawat GA 863 berangkat tepat waktu, Ati duduk di tepi jendela memandang lepas ke bawah ke bandara International Hong Kong gerbang kota Hong Kong yang telah ia lalui berkali-kali dalam 10 tahun terakhir. Perjalanan 10 tahun menempuh Sekolah Kehidupan.
“Aku pulang dengan ijazah Sekolah Kehidupan...” Demikian Ati memberi semangat pada diri sendiri.
Pesawat Garuda terbang makin keatas menuju awan-awan dan dari jendela pesawat deretan gedung tinggi mulai tampak berjejer menjulang keatas dan perlahan tampak makin kecil bersamaan dengan pesawat yang makin meninggi.
“10 tahun penuh kenangan... dan juga perubahan, aku memilih sebuah jalan yang baru yang mungkin jutaan BMI lain belum memulainya namun baru saja langkah pertama akan kuambil tantangan besar sudah di depan mata..”Ati berkata-kata dengan dirinya sendiri sambil membuka laptopnya. Seperti saran Tika sahabatnya ia telah mengunduh kisah tentang Susilowati yang pernah menjadi BMI di Singapura. Susilowati memberikan judul untuk kisahnya yaitu sbb: Karena aku yakin, bahwa Untuk setiap kesedihanku, Tuhan menyiapkan kebahagiaan. Inilah kisah nyata tentang Susilowati yang ditulis oleh dirinya sendiri.

Kisah Susilowati (1): Masa Bidadari Kecilku
Nama saya Susilowati. Saya di lahirkan di kota Cilacap. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki dan dua adik perempuan, dengan kata lain saya adalah anak perempuan tertua di keluarga saya. Ketika saya di lahirkan sebenarnya saya berasal dari keluarga yang mampu atau berkecukupan. Papah saya seorang bandar gula merah dan mamah saya punya toko sembako kebutuhan sehari-hari.
Masa kecil saya dan kakak laki-laki saya cukup bahagia hingga saat saya berusia 5 tahun lahirlah adik perempuan pertama saya, kebahagian keluarga kamipun bertambah sejak adik kami lahir. Waktu terus berlalu sampai saya masuk SD, kehidupan keluarga kami masih baik-baik saja hingga sampai suatu hari tragedi itu datang. Rumah kami di rampok orang, tidak tanggung-tanggung gerombolan perampok itu membawa kendaraan roda empat dan menguras habis semua dagangan serta uang tunai yg ada di rumah kami.
Saat itu saya baru duduk di kelas 4 SD sementara kakak saya mau mulai masuk SMP. Kami sekeluarga merasa sangat sedih, sampai-sampai sampai kakek saya (ayah dari mamah saya) kena serangan jatung dan meninggal dunia. Kesedihan keluarga kami tidak sampai di situ saja, papah saya juga terlilit hutang di bank hingga satu persatu aset keluarga kami di jual, dari rumah, tanah dan perhiasan. Sehingga dengan terpaksa kami tinggal di rumah kecil yang menyatu dengan toko kami.

Tiga tahun berlalu hingga kakak saya lulus dari SMP dan melanjutkan ke STM. Waktu itu kehidupan keluarga kami menjadi semakin sulit karena biaya sekolah kakak saya yang begitu mahal dan pada masa itu adik perempuan saya yang kedua juga lahir pada thn 1997. Akhirnya toko mamah saya mengalami kebangkrutan total. Peristiwa itu terjadi bertepatan dengan saya kelulusan saya dari SD dan mendapat nilai terbaik. Dan selama saya sekolah SD saya selalu mendapat rangking satu hingga saya dapat beasiswa prestasi. Setelah lulus saya ingin sekali melanjutan sekolah ke SMP N. 1 SIDAREJA karena sekolah itu adalah sekolah terbaik di kota kami tapi mamah saya melarang saya melanjutkan karena tidak punya biaya.
Saya sedih sekali, saya tidak peduli dengan larangan mamah saya, saya datang sendiri ke SMP N.1 SIDAREJA dengan berjalan kaki saya mendaftar pakai uang tabungan saya. Akhirnya saya di terima, tapi saya tidak punya biaya, hingga saya minta beasiswa sama wali kelas saya dengan syarat saya harus jadi siswa yang berprestasi kalau tidak bisa rangking satu paling tidak masuk sepuluh besar. Akhirnya saya mendapatkan beasiswa.
Letak sekolah saya sangat jauh dari rumah, saya tidak punya sepeda jadi terpaksa saya jalan kaki. Tiap hari saya berangkat sekolah jam 5 pagi sendirian berjalan melewati 5 desa, saya berjalan sambil berlari-lari melewati persawahan, perkebunan dengan jalan yang san



Tidak ada komentar:

Posting Komentar