Senin, 07 Oktober 2013
Catatan ke 19
Ignatius Teodore Teddy Saputra
Catatan harian ku ke 19
"Penting nya mengenal Siapa Konsumen kita"
Terkadang, bahkan sering kayaknya deh, kita malas untuk mempelajari siapa konsumen kita diawal kita memulai suatu usaha bisnis.
Terutama ketika kita tiba tiba mendapatkan ide atas suatu bisnis, kemudian kita yakin sekali product kita akan diterima pasar...pengen nya ayo langsung maju aja, bangkrut gimana nanti...
wow. ini pasti orang yang ga pernah merasakan bangkrut nih....
Kebetulan saya 3x gagal usaha bisnis, jadi saya tau, betapa dongkol dan gondoknya kalo kita gagal dalam usaha padahal harusnya kita berhasil andai saja kita sempatin waktu untuk mengenali siapa konsumen kita diawal kita melakukan start up business
Konsumen adalah orang yang nanti akan membeli produk yang kita hasilkan, dia nanti yang kasih nilai ke kita apakah produk kita oke atau butut. Seandainya dia senang dia akan bicara sama 5 orang lain tapi seandainya butut dia akan bicara sama 100 orang lain... apes nya seperti itu (kayaknya menjadi tabiat orang untuk lebih bersemangat kalo menilai sesuatu yang jelek dibandingkan memuji sesuatu yang baik)
Disisi lain, segila apapun promosi yang kita lakukan, ujung ujung nya promosi dari mulut konsumen adalah promosi yang puasti paling efektif
Karena itulah, ketika kita mempunyai suatu ide business, sangat penting sekali kita mempelajari siapa sih pelanggan kita sebenarnya..
Ada dua istilah penting yang ingin saya bagi berkaitan dengan bagaimana kita mengenal konsumen kita. 1) Empathy, 2) Simpati
Kalo kita naik kereta, kemudian kita lihat seseorang muntah muntah dari jauh, lalu kita merasa jijik dan kita menjauh.
Begitu juga pengenalan konsumen...seandainya kita hanya melihat dari jauh siapa konsumen kita, misalnya ibu ibu muda, lalu kita perhatiin tingkah laku mereka, kemudian kita tanya tanya mereka, lalu kita menyimpulkan sesuatu..maka ini dinamakan simpati
Sedangkan apabila kita melihat orang muntah muntah dari jauh, kemudian kita ikutan muntah juga dan merasakan apa yang dia rasakan kemudian kita mengambil kesimpulan dari situ, ini dia yang namanya emphaty
Begitu juga ke pelanggan kita... misal kita jualan tas, kemudian kita design sedemikian rupa untuk ibu ibu yang ingin bergaya...
pikiran kita adalah, dengan tas yang kita buat maka orang lain yang menggunakannnya akan tambah gaya...
Loh, siapa bilang ?, yang bilang kamu kan...artinya, kamu pikir begitu dan belum tentu orang lain bilang begitu, kalo gitu kamu beli aja sendiri...
cara yang paling baik adalah
coba aja kamu pake itu tas dulu, kamu jalan jalan dan keliling keliling, Gaya ga tuh kata orang laen (kan gaya atau gak gaya yang nilai orang lain juga)...
Atau lebih baik kamu tanya sama orang lain, bu saya baru bikin tas ini bu, bagaimana menurut ibu, jelek apa bagus bu, kalo jelek apa nya yang jelek bu, kalo bagus apa yang bagus, lalu kamu perbaiki dan tanya lagi, ini udah oke bu??dan seterusnya...
Seringkali kita terlalu percaya diri atas suatu produk dan jasa yang kita hasilkan...misal kita bikin nasi goreng, wahhh ini bagus banget ini enak banget nasi nih, MANTABBBBB (pake .....
WOiiiiiii...kamu mau jual ke sapa ini? kalo mau jual ke orang lain, ya tanya orang laen atuh..
Tetapi, memang seringkali kita benar, tapi ini artinya kamu hoki aja...dan kalo bisa sih, business jangan gantungin sama hoki atuh, bahaya banget...kalo ga hoki gimana...ini yang membedakan kamu yang merupakan entrepreneur ciputra..... kita ini memang harus berani sama resiko tapi bukan koboy juga kalee yang maen hantem sana hantem sini...kita harus bisa memperhitungkan resiko dengan benar dan mengurangi kadar resiko dalam suatu business
Memang sedikit repot, tapi jauh lebih repot kalo kamu nanti salah duga loh....
Ada beberapa cara lain, bagaimana anda melakukan riset mengenai pasar anda, saya yakin nanti akan dibicarakan oleh para pengajar kita... so, kalo nanti ada topik ini, kamu jangan tidur dan jangan bolos ya...
Salam Entrepreneur, dari Univ Ciputra Indonesia
Teddy Saputra SE.,MBA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar